ASMA
1.
LATAR
BELAKANG
Laporan
riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 memperkirakan
jumlah pasien asma di Indonesia mencapai 4.5 persen dari total jumlah penduduk.
Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat penderita asma terbanyak sebanyak
7.8 persen dari total penduduk di daerah tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal kematian akibat asma.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology
tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51%
mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku
terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku
mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas
sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%,
dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12
bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu,
total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun
dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Asma
Penyakit asma berasal dari kata
“Asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”.
Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas.
Menurut Ayres (2003:9),
asma adalah suatu kondisi di mana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga
lebih sensitive terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan udara
menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi
napas mengikik.
Menurut Corwin (1999:430) asma
adalah penyakit pernapasan obstruksif yang ditandai oleh spasme akut otot polos
bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus.
Hal ini disebabkan karena
pengencangan dari otot sekitar saluran pernafasan, peradangan, rasa nyeri,
pembengkakan, dan iritasi pada saluran nafas di paru-paru. Hal lain juga
disebutkan bahwa Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon
dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli yang ditandai dengan
penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih-lebihan dari
kelenjar kelenjar di mukosa bronchus. Asma adalah penyakit paru-paru kronis
yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Dengan kata lain Asma adalah suatu
keadaan di mana terjadi penyempitan pada aliran nafas akibat dari rangsangan
tertentu(pemicu)sehingga menyebabkan peradangan dan menyebabkan sulitnya
bernafas dan berbunyi "ngik" setiap bernafas. Hal ini biasanya
mengurangi kualitas hidup seorang penderita karena bisa menyebabkan gampang
lelah dan gampang sakit.
Gejala Penyakit Asma Secara umum
gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi
ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu
subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya
rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan mengeluhkan
sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar
pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya
bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma, penyempitan saluran
pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh
dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk
mengeluarkan dahak tersebut. Gambar dibawah ini adalah gambar penampang paru
dalam keadaan normal dan saat serangan asma.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan
di luar serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan
amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan bahkan sampai seperti
tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2 set,
bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang
membedakannya dengan penyakit.
B. Asma Eksaserbasi
Asma eksaserbasi adalah
gejala pada asma yang dikategorikan paling akut dari segala gejala yang
lainnya. Pada tingkatan ini gejala asma sudah harus benar-benar diwaspadai dan
harus segera dicari tahu cara penanganannya. Hal ini dikarenakan, pada tingkatan
gejala ini, dampak paling buruk yang akan ditimbulkan bukan saja hilangnya
kesadaran diri atau pingsan, melainkan mengancam jiwa si penderita itu sendiri.
Untuk itulah, penyakit asma yang akut dengan gejala ini sudah tidak lagi bisa
dianggap remeh atau disepelekan
Asma
eksaserbasi merupakan satu alasan paling sering dari pasien untuk mencari
pertolongan emergensi ke dokter umum atau instalasi gawat darurat. Evaluasi
data dari instalasi gawat darurat menyatakan pasien asma yang datang ke IGD
sebagian besar termasuk asma berat hanya sebagian kecil dengan asma ringan dan
sedang
(Cairns
CS. 2006)
Adapun mekanisme
menjalarnya penyakit asma ini sebelum bertambah pada kondisi terburuk, biasanya
timbul akibat dari tidak berjalan dengan baiknya tatalaksana asma gejala
panjang. Asma akut dengan gejala eksaserbasi ini akibatnya bisa fatal dan
mengancam jiwa bila tidak dirawat dengan baik dan tidak segera mendapatkan
penanganan yang lebih cepat. Untuk langkah awal dalam mengatasi serangan
penyakit asma akut ini, haruslah dilakukan dengan perawatan gawatdarurat.
Hal ini tentu
saja dilakukan guna mengidentifikasi serangan asma akut yang diderita oleh si
pasien. Dengan melakukan perawatan gawat darurat ini juga akan dapat
mempercepat proses menghilangkan serangan asma jangka pendek ini. Sementara
itu, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan menetapkan
penatalaksanaan asma eksaserbasi akut dalam jangka panjang. Nah, untuk jangka
panjang ini, penatalaksanaan asma eksaserbasi akut harus diberikan oksigen
sehingga hal ini akan dapat mempercepat saturasi diatas 90% pada pasien.
C. Patofisiologi Asma
Penyakit
asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang akan
mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas,
gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga diduga
berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas
saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan
dinding saluran nafas, sehingga aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi
dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Hipereaktivitas tersebut
terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Dikenal
dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologis yang terutama didominasi
oleh IgE dan jalur saraf otonom. Pada jalur yang didominasi oleh IgE, masuknya
alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cells),
kemudian hasil olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th ( T penolong )
terutama Th2 .Sel T penolong inilah yang akan memberikan intruksi melalui
interleukin atau sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE, sel-sel radang lain
seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit serta
limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin
(PG), leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin
(TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja dengan mempengaruhi organ sasaran yang
dapat menginduksi kontraksi otot polos saluran pernapasan sehingga menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi
sel-sel radang, hipersekresi mukus, keluarnya plasma protein melalui
mikrovaskuler bronkus dan fibrosis sub epitel sehingga menimbulkan hipereaktivitas
saluran napas. Faktor lainnya yang dapat menginduksi pelepasan mediator adalah
obat-obatan, latihan, udara dingin, dan stress.
Selain
merangsang sel inflamasi, terdapat keterlibatan sistem saraf otonom pada jalur
non-alergik dengan hasil akhir berupa inflamasi dan hipereaktivitas saluran
napas. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Reflek bronkus
terjadi karena adanya peregangan nervus vagus, sedangkan pelepasan mediator
inflamasi oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih
permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga
meningkatkan reaksi yang terjadi. Keterlibatan sel mast tidak ditemukan pada
beberapa keadaan seperti pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut
dan SO2. Reflek saraf memegang peranan pada reaksi asma yang tidak melibatkan
sel mast. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang menyebabkan
dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan calcitonin
Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya
bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan
aktivasi sel-sel inflamasi.
D. KONSEP PENYAKIT
a. Etiologi
Faktor Intrinsik :
-
Infeksi :
a. virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)b. bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkusc. jamur, misalnya aspergillus
-
Cuaca :
Perubahan tekanan udara, suhu udara,
angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan iritan bahan kimia, minyak
wangi, asap rokok, polutan udara emosional : takut, cemas dan tegang aktifitas
yang berlebihan, misalnya berlari.
-
Aspek genetic
-
Kemungkinan alergi
-
Saluran napas yang memang mudah terangsang
-
Jenis kelamin
-
Ras/etnik
Faktor lingkungan
1. Bahan-bahan di dalam ruangan :- Tungau debu rumah- Binatang, kecoa2. Bahan-bahan di luar ruangan- Tepung sari bunga- Jamur3. Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan.4. Obat-obatan tertentu5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)6. Ekspresi emosi yang berlebihan7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan9. Infeksi saluran napas10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketikamelakukan aktivitas fisik tertentu.11. Perubahan cuaca.
b.
Pengobatan
Ada
dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu meredakan gejala dan mencegah
gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut, diperlukan rencana pengobatan
dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi
cara mengenali dan menangani gejala yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus
digunakan.
Penting
bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu asma mereka agar dapat
menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah
inhaler pereda.
Bilamana
terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (secara perlahan-lahan
atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya,
maka penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang
terjadi, serangan asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma
kronis, peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan
berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.
c. Komplikasi asma
Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang
bisa saja terjadi:
- Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
- Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
- Tubuh sering terasa lelah.
- Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
- Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal).
- Pneumonia.
- Gagal pernapasan.
- Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru.
- Kematian.
d. Mengendalikan penyakit asma
Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan
asma sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan penyakit
yang masih dapat dikendalikan asalkan Anda:
- Mengenali dan menghindari pemicu asma.
- Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.
- Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang tepat.
- Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
- Memonitor kondisi saluran napas Anda.
Jika
penggunaan inhaler pereda asma reaksi cepat makin meningkat, segera
konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan
kembali. Selain itu, disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang disebabkan
kedua penyakit tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi
kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan Elemenya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
epidosik berulang berupa sesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.Epidosik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas yang luas,bervariasi dan seringk Tiga gejala umum asma adalah batuk,
dispnea dan mengi. Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu – satunya
gejala. Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari
Serangan
asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, mengi, laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan
panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien selalu lebih susah dan
panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot – otot aksesories pernapasan. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi
segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus
mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah.
Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan gejala
– gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan tekanan
nadi.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda
Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 , EGC,
Jakarta ,1999.
Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia .Asma.Jakarta ,2004