Saliva

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
                        ANALISIS SALIVA 


 

     Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Sistem organ salifa terdiri dari tiga pasang kelenjar mayor: submandibular (SMG), parotid, Sublingual (SLG), yang bersama-sama memproduksi lebih dari 90% salifa, sebaik kelenjar minor melapisi rongga mulut. Salifa yang terbentuk di rongga mulut,  sekitar 90% dihasilkan oleh kelenjar submaksiler dan kelenjaar parotis, sekitar 5% oleh kelenjar sublingual dan 5% lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar salifa ini dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi atas rangsang yang berupa pengecap dan pengunyahan makanan. Walaupun salifa membantu pencernaan dan penelanan makanan, dan diperlukan lbgi pengoptimalan fungsi alat pengecap, perannya yang paling penting adalah untuk mempertahankan integritas gigi, lidah, dan membran mukosa daerah oral dan orofaring. Menurut Edwina dan Sally dalam bukunya yang berjudul Essential of Dental Caries the Disease and its Management menuturkan cara perlindungan yang dilakukan salifa bisa berupa :
  1.  Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan.
  2. Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel, dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.
  3. Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat, dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Oleh karena itu, membrana mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada makanan dan pada waktu muntah.
  4. Membantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan fosfatnya. Pelarutan gigi dihindari atau dihambat, dan mineralisasi dirangsang dengan memperbanyak aliran salifa. Lapisan gluko protein yang terbentuk oleh salifa pada permukaan gigi (acuired pellicle) yang akan melindungi gigi dengan menghambat keausan karena abrasi atau erosi.
  5. Mampu melakukan aktivasi anti bakteri dan anti virus karena saliva mengandung antibodi spesifik (secretory IgA) juga mengandung lactoverin dan laktoperoksidase.           
     Saliva dalam rongga mulut bisa berada dalam keadaan tidak terstimulasi atau dalam keadaan terstimulasi. Saliva tidak terstimulasi merupakan saliva yang disekresikan ke dalam rongga mulut tanpa adanya rangsangan luar, sedangkan saliva terstimulasi merupakan saliva yang disekresikan karena adanya respon terhadap rangsangan luar seperti rangsang mekanik dan kimia. Jumlah keseluruhan saliva dalam rongga mulut merupakan gabungan cairan dari kelenjar liur,gingival fold, transudat mukosa mulut, cairan mukus rongga hidung dan faring, bakteri mulut, sisa makanan, epitel deskuamasi, seldarah, serta bahan kimia obat.
    Volume saliva dipengaruhi oleh banyak hal dan dalam waktu 24 jam volume saliva sekitar 1000-1500 ml. Pada waktu tidur volume saliva paling banyak 0,1 ml/menit. Pada waktu terjaga dan tidak ada rangsangan volumenya sekitar 0,3 ml/menit, tetapi pada waktu mengunyah makanan volume akan meningkat menjadi 4 ml/menit. Pada umur dewasa apabila dalam keadaan terjaga dan tidak ada rangsangan maka volume saliva < 0,1 ml/menit dan bila ada rangsangan volumenya <0,7 ml/menit, sedangkan pada umur muda bila tidak ada rangsangan volume saliva < 0,32 ml/menit dan bila ada rangsangan < 1,6 ml/menit, ini berarti sangat rendah dan perlu diwaspadai. 
 Saliva sangat berperan dalam proses terjadinya karies. Kekurangan saliva dapat menyebabkan mulut kering yang akan mengalami peningkatan proses karies gigi, infeksi candida dan gingivitis. Sekresi atau volume yang besar, viskositas yang lebih rendah (lebih encer sehingga aliran lebih lancar), serta pH saliva yang tidak begitu asam, semestinya penyakit rongga mulut akan lebih mudah dikontrol. Penentuan aktivitas karies pada individu dapat dilakukan melalui penilaian risiko karies. Salah satu tujuan dilakukan penilaian risiko kariesialah untuk membantu mengidentifikasi faktor yang berperan pada karies tersebut sehingga membantu memprediksi kerentanan seseorang terhadap karies saat ini atau karies yang akan datang.
     Analisa saliva merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memprediksi kerentanan gigi individu akan mengalami karies gigi. Untuk melakukan analisa saliva dapat dilakukan dengan cara analisa saliva istirahat dan analisa saliva terstimuli/terangsang.

     Derajat asam suatu larutan dinyatakan dengan PH ini adalah logaritma negatif konsentrasi H+ : -log (H+) yang pada 25° ( untuk suatu larutan netral sama dengan > ). Suatu larutan adalah basis pada pH > 7. Susunan kuantitatif dan kualitati pada elektrolit didalam saliva menentukan pH dan kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH). pH ludah tergantung dari perbandingan antara asam dan konjungasi basanya yang bersangkutan derajat asam dan kapasitas buffer terutama dianggap terutama oleh susunan bikarbonat, yang naik dengan kecepatan sekresi. PH dan kapasitas buffer ludah juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Wong,2008).


     Apabila PH dalam mulut di atas 5,5 melalui aksi buffer dari saliva maka proses supersaturasi ion Ca+². Pada situasi ini jaringan keras gigi dapat menarik ion atau elemen- elemen yang dikenal sebagai proses remeneralisasi. Sebaiknya jika pH mulut di bawah titik kritis (pH < 5,5) maka akan terjadi subtaturasi ion Ca+² dan PO4³  yang menyebabkan kelarutan mineral email gigi kelingkungan dan mulut yang disebut demineralisai. Idealnya PH saliva berkisar dari 5,5 sampai 5,6. PH 5,5 secara umum dianggap sebagai nilai batas dengan menghasilkan peningkatan laju demeneralisasi  email (Wong,2008).


     Derajat kaasaman saliva (pH) saliva sangatlah dipengaruhi oleh irama urkandian, diet dan stimulasi sekresi saliva. Diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan turunnya pH saliva yang Mempercepat terjadinya demeneralisasi enamail gigi. Sepuluh menit setelah makan karbohidrat akan mnghasilkan asam melalui proses glikolisis dan pH saliva akan menurun sampai mencapi PH kritis 5,5-5,6 dan untuk kembali normal dibutuhkan waktu 30-60 menit (Wong,2008). pH dan kapasitas buffer saliva selalu dipengaruhi perubahan- perubahan disebabkan oleh:
  1. Irama siang dan malam, Bahwa pH dan kapasitas buffer:

  • Tinggi, segera setelah bangun (keaadaan istirahat), tetapi kemudian cepat turun.
  • Tinggi, seperempat jam setelah makan (stimulali mekanik), tetapi biasanya dalam waktu 30-60 menit turun lagi.
  • Agak naik Sampai malam, tetapi setelah itu turun.

  1. Diet, juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva, diet kaya karbohidrat misalnya meurunkan kapasitas buffer, menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri- bakteri mulut, sedangkan diet kaya sayuran, yaitu bayam, dan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan, protein sebagai sumber makanan  bakteri, membangkitkan pengeluaran zat basa, seperti amoniak.
  2. Perangsangan kecepatan sekresi (Wong,2008).


Pemeriksaan saliva terdiri dari 5 tahap:

  1. Tahap 1. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat hidrasi(aliran saliva).
  2. Tahap 2. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat kekentalan.
  3. Tahap 3. Pemeriksaan saliva dengan istirahat dengan pH testip.
  4. Tahap 4. Pemeriksaan produksi saliva dengan stimulasi untuk mengetahui jumlah /banyaknya.
  5. Tahap 5. Pemeriksaan produksi saliva testimulasi dengan buffer test stip, untuk mengetahui kualitas efektivitas saliva menetralisir asam dalam rongga mulut (Hervina, 2014).

Pemeriksaan saliva terdiri dari 5 tahap:

  • Tahap 1: Hidrasi Saliva (Hidration Test)

      Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. cara pemeriksaannya adalah:

      Menarik bibir bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kasa secara hati- hati, mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang keluar dari muara glandula minor, bila waktu keluarnya lebih dari 60 detik, maka arus saliva dibawah nomal.

      Kondifikasi:

Kriteria Keterangan Kategori
≥ 60 detik aliran saliva rendah Merah
30-60 detik aliran saliva sedang Kuning
≤ 60 detik aliran saliva normal Hijau

(Sundoro,2000).

  • Tahap 2 : Konsistensi Saliva (Viskositas Test)

Pemeriksaan visual untuk mengetahui viskositas saliva. Cara pemriksaannya adalah mengamati secara visual viskositas tanpa stimulasi. Jika jernih, konsistensi seperti air berarti sehat. Bila tampak menyerabut, berbusa atau bergelembung atau sangat lengket, ini brarti bahwa kandungan air rendah disebabkan produksi saliva rendah.

Kondifikasi :

Kriteria Viskositas Kategori
Sangat lengket (berbusa) viskositas kental Merah
Berbusa (gelembung) viskositas kental Kuning
Seperti air (jernih) viskosotas normal Hijau

(Sundoro,2000).

  • Tahap 3 : pemeriksaan pH saliva istirahat dengan test trip (pH Measurement)

Cara pemeriksaannya adalah pasien meludah ke dalam cawan selanjutnya memasukkan pH trip kedalam cawan yang berisi saliva selama 10 detik kemudian melihat perubahan warna dari strip lalu membandingkan gambaran standar.

Kondifikasi :

Kriteria Derajat Keasaman Kategori
pH 5,0 – 5,8 keasaman saliva tinggi Merah
pH 6,0 – 6,6 Keasaman saliva moderat Kuning
pH 6,8 – 7,8 keasaman saliva sehat Hijau

(Sundoro,2000).

  • Tahap 4 : pemeriksaan saliva terstimulasi Kuantitas Saliva (Quantity Test)
Cara pemeriksaannya adalah :

Pasien mengunyah sepotong wax, setelah 30 detik pasien meluda dalam cawan, dan pasien melanjutkan mengunyah slama 5 menit. kemudian pasien meludah lagi kedalam cawan, selanjutnya melihat dengan memeriksa jumlah saliva.

Kondifikasi :

Kriteria Kuantitas Kategori
≤ 3,5 ml kuantitas sangat rendah Merah
3,5 – 5,0 ml kuantitas sangat rendah Kuning
≥ 5,0 ml kuantitas sangat normal Hijau

(Sundoro,2000).

  • Tahap 5 : kapasitas buffer (Buffer Capasity)

        Pemeriksaan mengindikasikan efektifivitas saliva untuk menetralisasi asam di dalam mulut, yang berasal dari makana, plak gigi.

Cara pemeriksaannya adalah:

      Saliva disedot dari cawan pengumul saliva menggunakan pipet secukupnya, lalu diteteskan satu tetes pada setiap pad (satu trip ada 3 pad). Selanjutnya memerengkan test trip 90° agar saliva tersedot tisu absorben, hal ini untuk mencegah kelebihan saliva sehingga mempengaruhi ketetapan pemeriksaan. pemeriksaan dilakukan segera setelah 5 menit terjadi perubahan warna.

Hasil pemeriksaan setelah  5 menit

Warna Point
Hijau 4
Hijau/biru 3
Biru 2
Biru/merah 1
Merah 0

Kondifikasi :

Hasil dari penjumlahan dari 3 pads

Point Buffer Warna
0-5 sangat rendah merah
6-9 rendah kuning
10-12 normal hijau

(Sundoro,2000)

Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :